Jumat, 15 Agustus 2014

Kronologis Penyakitku

Halohaaa..  saya pernah berjanji untuk menuturkan tentang penyakit saya ini.. hhh ga sempet teruussss (hihii ini blog pribadi saya jadiii bebas menuturkan apa yang saya mau, hanya tidak sempat.. lho kok?)
Lets gooo!!
Penyakit yang saya alami adalah Spondilitis TB tulang belakang, tepatnya di L3-L5 (lumbal di dekat tulang ekor).. dengan kata lain TBC tulang belakang..
Kenapa saya bisa kena TBC? Terutama TBC tulang belakang? Nah, itu dia biasanya kan TBC menyerang paru-paru.. itu setau saya.. (duluu..)
Saya ceritakan awal mula menurut saya..
Di tahun 2012, bulan November saya menjalani PKPA (Praktek Kerja Profesi Apoteker) di sebuah RS swasta di daerah Jakarta Pusat. Pada saat itu saya mendapat tugas observasi untuk penyakit TBC dan gagal ginjal.  Observasi atau studi kasus dilakukan pada minggu kedua hingga ke-empat ketika kami ditugaskan ke instalasi di RS tersebut. Pada saat ditugaskan ke rawat inap, saya dan teman saya menemui pasien penyakit tbc di ruangan dan secara kebetulan di luar ruangan ketika pasien sedang berjalan-jalan. Di luar ruangan ini saya dan teman saya tidak memakai masker, dan kami berbicara santai cukup lama (duduk bersampingan lhoo...).
Setahu saya itulah interaksi saya dengan pasien – pasien TB.
Selanjutnya pertengahan Juni 2013, saat saya akan keluar dari kamar mandi tiba-tiba saya terpleset dan jatuh terduduk di kamar mandi. Tapi saya bisa langsung berdiri dan melakukah  aktivitas bekerja sehari-hari. Barulah di bulan Juli 2013 mulai terasa sakit pegal-pegal, seperti rematik di daerah pinggang belakang. Semakin lama semakin sakit, bahkan untuk membungkuk ketika memakai celana. Bungkuk dan berjongkok semakin sulit dilakukan. Akhirnya, tanggal 3 Agustus 2013 saya diperiksa ke RS swasta di daerah Jakarta Barat. Beliau adalah dokter spesialias penyakit dalam langganan Ibu saya, kebetulan pada hari Sabtu (saat itu) sedang berpraktek di RS tersebut. Menurut beliau, jika pinggang belakang sakit ada 2 kemungkinan yaitu sakit ginjal atau usus buntu. Untuk itu perlu dilakukan USG (ultrsonografi) dan tes lab. Pengambilan sampel darah tak ada masalah. Yang aneh adalah saat USG. Harus ganti baju dan tanpa pakaian dalam.. (yah, rontgent jg begitu). Tapi, ketika di USG di bagian perut bawah (kiri/ kanan) dengan tekanan. Ditekan – tekan dengan alat USG, sang dokter pun bertanya mana yang lebih sakit? Ya, saya 'bilang dua-duanya sakit Dok'. Ini dokter bagian radiologi, bukan yang memeriksa saya tadi.. (namanya off the record ya).. akhirnya saya katakan saja “yang kanan dok.. 2 - 2nya sakit tapi yang kanan lebih sakit'. Aneh karena ketika saya di USG di RS lain dan dengan dokter yang berbeda, tidak perlu dengan penekanan sekeras itu.. hanya alat USG- nya yang digeser-geser oleh dokter tersebut.. (waktu itu saya tidak komplain karena baru pertama kali di UGS... tau gituuuu huhh! tu dokter udah senior lhooooo ).
Setelah menunggu beberapa jam, barulah di dapat hasil lab dan USG. Dokter penyakit dalam yang memeriksa saya tadi sudah pulang, dan saya diminta untuk mengirimkan data hasil pemeriksaan tadi. Saya sms-kan saja hasil USG tadi “appenditix akut”. Sang dokter menyarankan jika tidak kuat langsung rawat inap saja saat itu juga, atau hari Senin datang pagi supaya langsung dioperasi.
Malamnya langsung rapat keluarga (cia ilah) saya harus datang ke tempat bapak di empang, padahal sudah terseok-seok... akhirnya diputuskan Senin akan dilakukan operasi usus buntu.
Singkat cerita, Senin dioperasi usus buntu, hari Rabu sudah diperbolehkan pulang.
         Oh ya yang mengoperasi saya dokternya beda lagi, seorang ahli di bidangya, dokter spesialis bedah. Senin 5 Agustus saya masuk UGD, dokter tersebut langsung memeriksa dan melihat hasil USG. Dilakukan pengambilan sampel darah lagi untuk di cek.. tak sampai sejam, saya dibawa ke ruang rontgent untuk di rontgen bagian dada. Setelah itu langsung dibawa ke ruang operasi.
Itulah di Indonesia ini.. yang periksa dokter A, sampe meja operaasi dokter Z.


Seminggu kontrol, dicek bekas operasi saya bernanah sehingga harus dimasukkan selang supaya nanahnya keluar.. (bekas operasi dibuka dan dimasukkan selang kecil..) kemudian ditutup perban baru. Setiap kali perban basah, harus dibersihkan dan diganti dengan perban yang baru..  penggantian perban dilakukan sendiri di rumah.. Jumat dibuka , Selasa depannya kontrol lagi untuk ditutup. Memang, setelah nanahnya keluar terasa lebih ringan dan tidak terlalu sakit. Tetapi setelah itu pinggang di bagian belakang masih tetap sakit.. Seminggu kemudian saya kontrol lagi ke dokter bedah tersebut dan mengeluhkan pingang belakang yang masih sakit. Dokter tersebut bilang “tidak apa-apa, tidak apa-apa.. bagus kok.. bagus”. Lalu saya disuntik Voltaren Inj. Tentu saja setelah disuntik saya tidak merasa sakit lagi, tapi setelah masa kerja obat tersebut habis.. yahh sakit ..

Saya putuskan untuk berhenti dari pekerjaan karena kondisi pinggang yang tidak membaik, serta di awal bulan September 2013 saya sedang menghadapi ujian komprehensif tertulis selama 3 hari dan di tanggal 20 September 2013 sidang kompre lisan untuk meraih gelar apoteker. Selama menghadapi ujian dan sidang tersebut serta kegiatan pelayanan di gereja, terus terang saya mengkonsumsi analgetik (pain killer) kombinasi dan dosis tinggi.. sebut saja Celebrex 100 mg dan Voltaren 75 mg. Sudah pasti selama masa efek obat tersebut masih ada, saya lincah tenaann.. tapi setelah itu.. uhhhh..

Oh ya, saya juga sempat ke RSUD Cengkareng dan RSUD Tarakan ke dokter syaraf. Bahkan di Tarakan sempat fisioterapi 3 kali. Setelah fisioterapi yang ketiga, saya merasa kok semakin sakit... memang dengan terapi panas dan listrik nyeri di pinggang sedikit berkurang, tapi oleh terapisnya disuruh gerak ini gerak itu.. kok jadi makin sakit..
Kondisi semakin memburuk, akhirnyaa awal November 2013 saya dirawat inap selama 6 hari di RS swasta daerah Jakarta Barat.. kali ini beda RS. Selama rawat inap, setiap hari diambil sampel darah, CT-Scan sekali slama dirawat, observasi oleh berbagai dokter dan Co-as, infus antibiotik sampai 3 jenis.. tidak ada minum obat.. diperiksa oleh dokter bedah, bahkan USG dan diperiksa oleh dokter obgin! Tidak ada diagnosa pasti. Awalnya katanya infeksi di saluran pencernaan, hasil CT-Scan penempelan dinding di daerah bekas operasi usus buntu. Bahkan dokter obgin yang memeriksa secara to the point menyarankan untuk ke dokter yang mengoperasi usus buntu di RS sebelumnya. Bahkan ada juga yang menyarankan untuk ke YLKI (itu lho yayasan perlindungan konsumen), 'sampai kenapa ga gugat dokternya saja?' Untung masih berpikir jernih, banyak kasus di Indonesia yang menggugat dokter karena mal praktik tapi tentu saja.. susah untuk dimenangkan.. lebih banyak kalah.. sudahlah, pikir saya bagaimana caranya untuk sembuh..
Lepas dari RS, saya tidak dapat latihan bersama teman-teman program Apt yang lain untuk persiapan sumpah apoteker.. saat sumpah pun saya di dorong dengan kursi roda.. tetapi ketahuilah, saya dapat menahan sakit karena mengkonsumsi Voltaren 75 mg sebanyak 2 tablet sekaligus! Jadi jangan heran kalau saya bisa berjalan tertatih-tatih. Saya benar sakittt... jadi jangan mencela saya,, anda tidak berada di posisi saya!!
Setelah sumpah, pada Desember 2013 Bang Mamat yang biasa mengurut saya (bagian uratnya, karena saya divonis syaraf kejepit) pergi ke Surabaya karena ada proyek. Alhasil Mamak mencarikan pengobatan alternatif lain.. ke sinshe.. sekali ke sinshe awalnya mendingan tetapi setelah beberapa hari malah tambah parah.. perut depan saya tambah sakit bagian kirinya.. Seminggu kemudian ke sinshenya lagi, beliau bilang kalau tidak ada perubahan berarti ga jodoh. Ga usah datang lagi. Yaaa.. malah lebih sakit..
29 Desember 2013 saya periksa ke rumah sakit pemerintah di daerah Jakarta Pusat. Langsung ke dokter syaraf. Saya meminta MRI kepada dokter. Sampai 2x MRI !! kemungkinan ada TBC di tulang belakang saya.
30 Desember 2013 saya melakukan tes syaraf yang memakai kabel2 dan listrik untuk memeriksa syaraf yang terjepit..
2 Januari 2014 dirujuk ke dokter ortopedi di rumah sakit tersebut.. sangat dipastikan itu spondilitis tb L3-L5 dengan kata TBC tulang belakang. Opsinya dipasang pen atau metal implant. Tetapi sebelumnya, ketika di luar ruangan saat saya sedang menunggu giliran, ada seorang ibu dengan kursi roda. Beliau sudah setahun dioperasi tulang belakangnya, dipasang pen juga, tapi belum berjalan normal, tidak bisa jongkok ataupun bungkuk. Itu menjadi salah satu point untuk berpikir ulang.

Kemudian, dokter mengharuskan saya untuk periksa darah. Sorenya langsung ambil sampel darah. Karena tidak kuat lagi (seharian di RS), saya meminta pulang. Besoknya Mamak sendiri yang mengambil hasil lab dan menyerahkannya ke dokter ortopedi. Mamak menanyakan resiko setelah dioperasi pasang pen? Apa jawaban dokter tersebut?? Berdasarkan penuturan beliau, “resikonya banyak Bu.. Ibu datang kesini juga resikonya bisa tabrakan.. Resikonya bisa strook, lumpuh trus mati”. Mendengar itu, semakin tidak yakin untuk dioperasi di sini. Apalagi seelah melhiat contoh ibu yang telah dioperasi pasang pen setahun yang lalu.
Bulan Januari 2014 diputuskan untuk dibawa ke Penang, Malaysia. Banyak saudara baik dari arisan maupun dari gereja yang datang mendoakan. Saat proses mengurus paspor, Jakarta dilanda banjir di mana-mana. Proses agak terhambat. Februari awal, saya dan mamak berangkat ke Penang. Sampai bandara dijemput mobil rumah sakit dan bibi Ruth Ginting. Itu hari Selasa, 4 Februari. Setelah ke dokter, rontgent dan cek darah.. Senin 10 Februari 2014 masuk ruangan, cek MRI.
Berikut hasil rontgen dan MRI sebelum dioperasi.




Hasil MRI tulang belakang sebelum operasi dari penampang samping.

MRI bagian dada


Selasa 11 Februari 2014 dioperasi.. saya dibawa ke ruang operasi pukul 08.30 pagi waktu setempat. Ngobrol di dalam ruang operasi, kemudian pukul 09.00 pagi waktu setempat mulai tidak sadarkan diri. Pukul 15.00 lewat saya dibangunkan (masih di ruang operasi) nanah di daerah tulang belakang dibersihkan, dan diuji di lab untuk memastikan itu kuman TBC atau tidak.

Di RS Gleaneagles Penang tepatnya. Disana ada perwakilan dari Moderamen GBKP, bibi Ruth Ginting. Beliau mengusahakan kerja sama dengan pihak RS untuk mendapat potongan biaya pengobatan untuk semua pasien yg beragama Kristen dengan syarat membawa surat keterangan jemaat dari gerejanya masing-masing. Puji Tuhan, mulai sampai bandara dijemput, diantar ke penginapan, sampai semua poses administrasi ditolong Tuhan melalui bibik satu ini :)

Dokter yang menangani saya pun baik.. transparan ketika kita berbicara.. bahkan bertanya 'ada lagi yang mau ditanyakan ?" Ini unek-unek saya untuk dokter di Indonesia, baru kita duduk dan ingin bertanya, ehh beliau sudah sibuk berdiri, cuci tanganlah.. baca medical record habis itu kasih resep! Memang tidak semua seperti itu.. tapi kebanyakan!!

Dokter Param, mulai dari periksa sampai meja operasi dia turut andil. Setelah hari Kamis keluar RS, Sabtunya kontrol. Setelah keluar ruangan, saya merasa vertigo hingga jatuh karena tidak kuat berdiri (ini akibat saya memaksakan berjalan, tidak ingin duduk di kursi roda), saya dilarikan ke UGD. Suster UGD menelfon dokter Param. Beliau pun langsung memeriksa saya. Satu lagi tambahan, selama saya diopname, dokter Param lah yang membersihkan dan mengganti perban bekas operasi saya. Karena insiden jatuh tadi, saya tidak boleh kembali ke Jakarta hari Senin, dan Selasanya harus kontrol lagi ;) . Terus terang saya selalu meriang/demam baik pagi, siang atau pun malam. Walau demamnya hanya 2-3 jam saja. Oleh sebab itu, diberikan lagi antibiotik Ciprobay (CIPROFLOXACIN) yang harganya RM 25/tablet (1 RM = Rp 3.750 pada saat itu). welehh..welehh makan obat TB aja selalu muntah saking banyaknya.. Ditambah satu lagi :(

Ini adalah hasil rontgent, Ct-Scan dan MRI setelah dioperasi.. 

Gambar penampang tulang yang dipasang implant

rontgent tulang belakang yang dipasang implan

satu ruas lumbal harus diganti, sisanya dipasang implan sebanyak 8 buah di kiri-kanannya
(L3-L5)



hasil CT-Scan dada setelah operasi.. bercak-bercak adalah flek tereinfeksi kuman tb..
tapi setelah sebulan ketika di cek lagi, flek di paru sudah tidak ada

O ya selama bulan November 2013 hingga berada di Penang, saya mengalami batuk berdahak yang tidak sembuh-sembuh. Bulan Januari  2014 disertai demam di malam hari, dan tidak terlalu nafsu makan. Itu semua adalah gejala TBC. Dimana pun kuman TBC menyerang pintu masuknya melalui paru dan ditandai dengan gejala batuk berdahak yang tidak sembuh-sembuh selama sebulan bahkan lebih, keringat berlebih di waktu malam dan fever (demam) yang selalu datang dan hilang yang tidak menentu. Serta berat badan yang menyusut tajam. Kosultasikan dengan dokter yang kredibel dan anda percayai untuk penanganan lebih lanjut :)

                                         
Sebelas hari saya diopname. Tidak boleh turun dari tempat tidur. Pada hari kedelapan saya belajar bangun dan duduk di kasur. Hari kesembilan berjalan dengan alat. Hari kesepuluh berjalan tanpa alat. Hari kesebelas boleh pulanggg :). Selama opname, saya tidak merasa lapar. setiap makanan yang dihidangkan susah sekali dikunyah, alhasil palingg banyak 4-5 sendok saya sudah merasa kenyang. porsi setiap sendok yang saya makan pu tidak seperti biasanya, karena susah sekali untuk membuka mulut sehingga sedikit makanan yang bisa masuk ke mulut saya. Awal mula berat saya 86 kg (itu bulan Juli 2013) ketika Akann difoto untuk ijazah. bulan Feb 2014 ketika diopname menjadi 72 kg. Seminggu kemudian ketika kontrol, berat saya menjadi 67 kg. Wowww.. hampir 20 kg berat saya menyusut.. jadi langsing dehhh.. hhaaahahaa :D...

Sebelum operasi, untuk berjalan sudah susah. Bahkan kata dr. Param sudah ada syaraf yang tertekan sehingga bagian perut saya sering sakit. Apalagi kalau batuk,, ya ampun tulang belakang sama perut sakitnya luar binasa. Setelah operasi memang perut bagian depan sudah tak sakit lagi.. tapi susah untuk berjalan.. masih tertatih - tatih.
Tapi setelah 3-4 bulan, saya bisa berjalan seperti oraang normal lainnya. memang untuk berjongkok sempurna, apalagi membungkuk saya agak susah.. badan terasa kaku.. salah posisi sikit, rasanya ada yang menusuk di bagian belakang.. tapi keadaan ini jauh lebih baik dibandingkan dulu yang setiap malam menjerit karena sakit di tulang belakang. kaata orang sih wajah saya udah berseri, alias bercahaya... {heeee :) }

Foto ini diambil pada bulan Juli / Agustus 2013 untuk ijazah Apoteker.. kelihatan kan tembemnya.. saat itu muka saya jerawatan lho.. kusam. Mungkin karena penyakit kali ya...




 Saat sumpah Apoteker di bulan November 2013



 Saat menghadiri kerja rani di gereja bulan Mei 2014 (saya memakai baju yang sama ketika sumpah Apoteker dulu.. warna orange)




Foto ini diambil Juni 2014 sebelum naik pesawat ke Penang untuk kontrol kedua kalinya.. pada tahap ini, nafsu makan saya mulai membaik.. pipi tidak peyot lagi (heehee) sudah ada lesungnya..


Inilah kronologis penyakit yang saya derita  .  Saya masih harus kontrol secara berkala ke Penang. Pada 25 Agustus 2014 nanti akan kembali bertolak ke Penang untuk kontrol yang ketiga kalinya. Berharap hasilnya baik.. Karena masih ada terapi anti tbc untuk mencegah menjalar ke tulang yang lain.

Untuk semua yang sudah membaca, terima kasih.
Semoga kita seemua berada dalam kondisi sehat sehingga dapat produktif untuk masa depan yng lebih baik.
Keep healhty :)

Warms regards :D

 

2 komentar:

  1. Selamat pagi ka , aku juga di diagnosa kena tb tulang dan sudah operasi , sebelum operasi duduk atau berjalan pun sakit sekali dibagian paha seperti tersengat setrum dan pegel bagian kaki bawah juga terasa kebal . Dan setelah operasi yg saya rasakan juga masih seperti itu . Apakah yg kaka rasakan sama seperti saya atau tidak ? Mohon sharringnya ka :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Halooo.. selamat pagi
      Apakah kamu sehat - sehat saja?
      Mohon maaf, sudah lama tidak buka blog ini.
      Saat ini saya sehat - sehat saja. Cukup lincah. Saat berjalan, saya lebih cepat dibanding teman - teman yang lain. Bisa berlari kecil, tapi jika berlari cepat saya menyerah. Angkat beban juga ada batasnya. Agak kaku, ya itu pasti. Tubuh saya tidak se-elastis dulu. Tidak bisa membungkuk sampai kepala menyentuh tanah, kalau aktivitas terlalu ove, pasti akan encok seperti lansia 😀
      Tapi saya cukup happy kok.. larena bisa beraktivitas seperti manusia normail laainnya..

      Hapus

Tolong tinggalkan komentar ya ^^
Salam kenal